Friday, February 22, 2008

"siapa sih lo....?!"


Meskipun Iyem, sang bidadari pujaan hati berada disampingnya, Paijo masih saja gelisah. Bukan karena malam ini tidak menghadiri pesta valentine yang diadakan teman-temannya-lagi pula Iyem udah setuju tidak akan memuja valentine-namun sebagai gantinya Paijo harus menemani Iyem nonton sinetron kesukaannya. Situasi seperti ini bagi Paijo sama saja "keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya", dia udah berhasil membujuk Iyem untuk tidak merayakan valentine yang sejarahnya bertentangan dengan keyakinannya namun harus nonton sinetron yang juga tidak ia sukai karena menurutnya tidak realistis.
"Kenapa sih mas, dari tadi gelisah banget?" Iyem mulai gerah dengan kegelisahan Paijo yang mengganggu konsentrasinya untuk menghayati sinetron.
"Aku alergi dengan sinetron. Tidak baik untuk pencernaanku, HUeEKK....*!!" Paijo pura-pura muntah.
"Sinetron kan produk dalam negeri. Mas Paijo tidak melihat berita tadi, para mahasiswa berdemo mendukung produk dalam negeri dan menolak produk asing. Dan dengar-dengar Bung Karno pernah bilang 'kencingi produk Amerika'. Tapi mas Paijo yang katanya mengidolakan Bung Karno justru sering membatalkan janji pada Iyem yang asli pribumi untuk nonton film-film Hollywood".
Paijo meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, tidak menyangka Iyem tahu bahwa aelama ini sering membatalkan janji jika ada film yang asik di layar TV.
"Sebenarnya dulu aku bangga banget pada sinetron yang telah memerdekakan televisi kita dari jajahan telenovela dan sinema-sinema mandarin, jepang dan korea. Aku tidak pernah ketinggalan 'Si Doel Anak Sekolah'. Namun sekarang, sinetron yang diproduksi besar-besaran justru minim cerita, pemain dan tema yang diangkat itu-itu saja, sehingga tidak ada bedanya antara sinetron X, Y dan Z. Dan yang menggelikan, semua pemain memainkan peran yang stereotipe; jika awalnya baik, bai terus ampai pasrah disakiti terus-terusan dan jika jahat, jahatnya minta ampun. hitam-putih, protagonis-antagonis, ekstrim banget...!! Hal semacam ini di Hollywood mulai kedaluarsa, mereka mulai sadar bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, terkadang baik terkadang jahat, sehingga karakter pemain film dibikin semanusiawi mungkin. Alhamdulillah kemarin ada sinetron 'Kiamat Sudah Dekat' dimana pak haji terkadang pun bisa salah dan anak geng pun punya hati nurani dan punya niat untuk berbuat baik".
Iyem manggut-manggut, mencoba memahami ocehan mas Paijo tersayang, namun matanya sesekali melirik bintang pujaannya yang nongol di sinetron cinta yang mereka tonton.
"Mas Paijo sepereti orang bingung, seingat iyem mas Paijo sering menghujat produk asing tapi barusan memuja Hollywood".
"Aku menghujat produk asing yang tidak pas untuk kita tau bahkan yang bisa meracuni kita. Namun tidak semua produk asing itu jelek untuk kita, ada beberapa yang baik untuk kita pelajari, yang akan sangat bermanfaat untuk perkembangan kita ke arah yang lebih baik".
Iyem mengerutkan jidatnya. Ia seperti terseret arus opini yang mengalir keras dari Paijo. Menggulung otaknya tanpa ada ruang untuk menyusun serangan balik.
Paijo memahami kegelisahan Iyem, ia memegang lembut tangan Iyem seakan mengisaratkan bahwa segalanya akan kita hadapi bersama. Dan Iyem pun paham maksud pegangan Paijo. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Paijo, menjawab pesan itu bahwa kita akan bersama selamanya.
............................
(mereka bersatu dalam kebersamaan)
............................
Iyem buru-buru meraih remot dan mengganti saluran TV yang mereka tonton, bukan karena Iyem tak mau lagi nonton sinetron tetapi udah jadi kebiasaan jika nongol iklan pasti saatnya nengok acara di saluran TV yang lain. Paijo tersenyum, dalam hati ia menyapa Allah:'maafkan Iyemku tersayang ya Allah, remot telah membuatnya rakus terhadap acara TV sehingga tidak puas dengan satu saluran TV'. Lalu dengan nada pelan Paijo mencoba meraba apa yang ada di otak Iyem.
"Yem, kenapa setiap iklan langsung ganti saluran TV. Ada beberapa iklan yang keren dan asik ditonton lho".
"Iklan itu telah merampas kenikmatan penonton dan menghasut kita untuk menjadi orang yang konsumeris. Dan yang paling menyebalkan, iklan selalu muncul sisaat adegan film, sinetron atau tayangan yang lain pas lagi seru-serunya. Hal itu mengebiri penonton, dan hak yang tersisa dari penonton ya ganti saluran TV atau mematikan TV". Iyem melampisakan kekesalannya dengan mengunyak kripik singkong yang sudah dari tadi ia pegang.
"Aku setuju Yem, iklan emang 'mengganggu'. Tapi bukankah karena gangguan iklan tersebut justru menyadarkan kita dari hipnotis acara TV yang sedang kita tonton. Kita yang tadinya hanyut dalam cerita atau suasana acara TV jadi tersadar bahwa itu hanya tontonan dan memberi waktu bagi penonton untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Contoh sederhana, sekarang kamu bisa mengunyak kripik yang dari tadi kamu pegang selama sinetron yang kamu tonton lagi seru-serunya".
Setelah menelan kripik yang sudah hancur lebur dimulutnya, Iyem tersenyum.
"Iya ya, aku baru sadar dari tadi pegang kripik. Dan aku juga baru sadar lagi kena HIV 'hasrat ingin vivis' hehehee...." Iyem pun buru-buru cabut ke kamar kecil.
Tak beberapa lama Iyem udak duduk manis di samping paijo karena tidak mau ketinggalan kelanjutan sinetron yang terputus oleh iklan. Masih ada bebrapa iklan dan Iyem tak menyia-yiakan kesempatan itu untuk menyambar kripik singkong yang ada di depannya.
"Yem, kamu pernah tidak, menjawab pertanyaan yang ada di iklan rokok tadi itu?".
"oo.... yang 'siapa sih lo?!' tadi. Pernah sih, tapi dalam hati."
"Apa jawabanmu?".
"Aku Iyem, pembantu senior di sini, hehehe...." Iyem kembali memelototi sinetron.
"Kata 'Iyem, pembantu senior' itu kan nama dan pekerjaan, lalu siapa 'AKU' sebelum kata 'Iyem, pembantu senior'? Aku pernah denger dialog di film 'kamu bukan mobil yang kamu tumpangi, bukan pekerjaan yang kamu kerjakan, dan bukan apa yang ada di dalam dompetmu....' dan ada seorang spiritualis yang mengatakan bahwa kebanyakkan orang tidak mengenal "AKU" yang ada di dalam dirinya, mereka hanya mengenal nama, alamat dan segala asesoris yang tertempel pada diri mereka'". Paijo tak melanjutkan ocehannya, ia sandarkan pundaknya yang terasa pegal ke sofa.
Iyem menoleh ke arah Paijo dan dengan penasaran bertanya pada Paijo: "Terus menurut mas Paijo, siapa 'AKU' yang ada di dalam diri setiap orang itu?".
Paijo lama tak menjawab, namun dengan pelan ia bicara: "Entahlah! tanya saja O'on. mungkin ia lebih tahu dari kita".
Mereka berdua menoleh ke arahku yang dari tadi di samping mereka dan hanya bisa termangu melihat kemesraan mereka. Aku tersentak dan bingung harus jawab apa, tapi mereka terus menatapku mengisarat bahwa mereka setia menunggu jawaban dariku.
"Sorry.... sebenarnya aku pingin memberitaku tentang "AKU" sebelum kalian nongol di Blog ini agar aku tidak mengganggu kemesraan kalian dan aku tidak perlu bicara di sini, tetapi dari beberapa buku yang kubaca belum kutemukan jawaban yang selaras dengan kemampuan otak kita yang pas-pasan ini. Aku takut jika asal bicara, kita bisa dihukum seperti Syeh Siti Jenar dan Al Hallaj. Emang ada penjelasan yang lebih halus seperti yang dijelaskan Kahlil Gibran dan Jalaludin Rumi, tapi sering kali otak kita yang 'sempit' ini kurang peka meraba sesuatu yang tersirat dari yang tersurat, sehingga kata-kata halus hanya kita anggap sebagai karya sastra yang hanya dinikmati keindahannya tanpa dipahami maknanya. Jadi menurutku silahkan kalian menemukan "AKU" menurut fersi kalian masing-masing, toh nantinya juga bertemu pada 'Satu Titik'. Aku hanya akan memberi satu langkah awal, ada sebuah hadis Nabi Muhammad yang kubaca dibuku kemarin yang tidak salah artinya begini: 'barang siapa mengenali dirinya, maka ia mengenali Tuhannya'. Dan coba renungkan postinganku 'tentang kita (serpihan bintang) bulan januari tgl 16 th 2008 dan puisi 'mengalirlah' bulan desember th 2007".
Selamat merenung dan menemukan jawaban tetang "Siapa AKU?".

Saturday, February 16, 2008

"merubah dunia" (dari hati)

Sebenarnya aku pingin melanjutkan kisah Paijo dan Iyem di "Mendoanku Sayang mendoaku Malang", namun ada satu bahan yang belum sempat aku olah. Lagi pula, saat ini aku seperti dituntun oleh "petunjuk kosmis" untuk melanjutkan belajar meraba kegelisahan PADI di "tak hanya diam".
Di akhir-akhir tulisan tersebut, aku sempat bertanya-tanya: Kenapa Piyu terkesan pesimis dengan berkata bahwa dia nggak bisa merubah dunia? Apakah segala permasalahan di dunia ini, yang sangat komplek dan multi-dimensi, sangat sulit untuk diatasi/dirubah kearah yang lebih baik?
Kemarin aku main ke toko buku, dan secara "tidak sengaja" menemukan tanggapan tentang pertanyaanku di atas. Berikut ini tanggapan yang aku ringkas dari buku "Kecerdasan Spiritual" oleh Sukidi, (2004):
Dunia sedang mengalami krisis global yang sangat komplek dan multi-dimensi, yang telah menyentuh setiap sudut kehidupan; mulai dari kesehatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan, hubungan sosial, ekonomi dan lain-lain. Fenomena krisis manusia ini, sangat sulit bila hanya didekati sebagai bagian dari krisis intelektual dan moral saja, krisis yang merambah keseluruh lini kehidupan tersebut sebenarnya berasal dan bermuara pada "krisis spiritual" yang bercokol di dalam diri kita.
Kata Schumacher dalam buku "A Guide for the Perplexed", belakangan ini orang baru sadar bahwa segala krisis justru berangkat dari krisis spiritual dan krisis pengenalan diri kita terhadap Yang Absolut, Tuhan.
Kecenderungan zaman ini: manusia tidak tahu lagi bagaimana mengenal diri sendiri dan menjalani kehidupan di dunia ini secara benar dan lebih bermakna. "the will to meaning", kata psikolog terkemuka, Viktor Frankl.
Fakta fenomena dari tren penyakit spiritual di atas kemudian menjadi sorotan serius ahlipsikologi-spiritual. Psikologi terkemuka Carl Gustav Jung, menyebut krisis spiritual sebagai penyakit eksitensial, di mana eksitensi diri kita mengalami penyakit alienasi (keterasingan diri), baik dari diri sendiri, lingkungan sosial, maupun teralienasi dari Tuhannya.
Masih banyak istilah lain untuk menggambarkan problem spikologis-eksistensial-spiritual dalam diri kita dewasa ini, seperti spiritual alienation, spiritual crises, spiritual pathology, dan spiritual illness, yang kesemuanya itu pada intinya menunjukkan terkoyaknya ruang spiritual dalam diri kita, suatu ruang di mana diri kita terfragmentasi dari pusat-diri, yang kemudian disebut dengan berbagai istilah: "muak" (nausea), alienasi, dan iman buruk.
Mengapa ruang spiritual (spiritual space) dalam diri kita mengalami krisis yang luar biasa hebat? Karena, kita tidak pernah mengisi ruang spiritual itu dengan "hal-hal yang baik" dalam hidup kita. Justru sebaliknya, kita lebih terbiasa mengisinya dengan "hal-hal buruk". Hal itu, dengan sendirinya menjadikan hidup kita terpental jauh ke pinggiran eksistensi diri, yang dalam bahasa teologi keagamaan dinisbatkan dengan "terpentalnya diri kita dari Tuhan sebai asal dan orientasi akhir kehidupan kita".
Karena itu, dari sudut pandang metafisika maupun epistemologi keagamaan, terjadi krisis spiritual bisa disimpulkan sebagai akibat dari kehendak kita untuk memutuskan begitu saja hubungan kita dengan Tuhan. Dan bahkan, dengan sengaja melakukan pemberontakan dan pembangkangan terhadap Tuhan. Kita sering terjatuh, menjatuhkan dan bahkan menjerumuskan diri ke lubang dosa dan nista. Dan itulah simbol keterperangkapan kita ke jurang neraka. Kita dengan sengaja berkorupsi-ria, memakan harta sesama, membunuh sesama saudara, bahkan dengan bangga mengebom "rumah Tuhan".
Sebagaimana kita rumuskan, penyakit spiritual adalah kondisi diri yang terfragmentasi, terutama dari pusat diri. Sedangkan "kesehatan spiritual" adalah kondisi keutuhan yang terpusat. Maka, logika sederhananya adalah: jika kita ingin mengalami kesehatan secara spiritual, sudah sewajarnya kita menjalani kehidupan ini dengan mengambil lokus dalam pusat diri, pusat spiritual, pusat hakiki 'sense of security' kita, yangsebenarnya ada dan bersemayam dalam diri kita sendiri. Dan jika ingin segala permasalahan di luar sana dapat teratasi/berubah menjadi lebih baik, maka atasi dulu permasalahan hati kita.
Fritjof Schuon, jenius terbesar metafisika tradisional, menunjukan bahwa "konsentrasi" diri kita kepada kehidupan ini salah satunya adalah dengan merujuk kepada hati sebagai standar autentik dalam menjalani kehidupan ini, dan sekaligus menjadi pusat kecerdasan spiritual. Dengan menjadikan hati (nurani) sebagai standar autentik kehidupan ini, arah perjalan hidup kita menjadi terarah dengan baik dan benar di tengah semakin gelapnya rimba kehidupan di dunia fana ini.
Pesan Profesor studi Agama di State University of New York, Sachiko Murata, dalam Chinese Gleams of Sufi Light, "barang siapa ingin memerintah suatu negeri, terlebih dulu harus mengatur keluarganya secara benar. Dan barang siapa ingin mengatur keluarganya secara benar dan demokratis, terlebih dahulu harus mengtur dirinya sendiri dengan benar. Serta, barang siapa ingin mengatur dirinya sendiri secara benar, terlebih dahulu harus membuat hatinya menjadi benar".
Dan berikut ini kata-kata yang ditulis di atas nisan seorang Uskup Anglikan (1100 SM) dalam Kuburan Dalam Tanah Gereja Westminister Abbey:
"Tatkala aku masih muda serta bebas dan imajinasiku mengembara tanpa batas, aku bercita-cita ingin merubah dunia. Tatkala aku lebih tua dan bijaksana, aku menyadari bahwa dunia tak akan berubah, dan aku mempersempit sedikit sasaranku serta memutuskan untuk mengubah negeriku saja. Namun, ini pun nampaknya tak dapat diubah.
Tatkala aku kian jauh mengarungi masa tuaku, dalam suatu upaya yang nekat, aku berniat keras untuk merubah kaluargaku saja, mereka yang memiliki hubungan terdekat denganku, namun aduh, mereka pun tak berbeda.
Dan kini tatkala aku berbaring di ranjang kematianku, aku tiba-tiba menyadari: Andai kata dulu aku mula-mula mengubah diriku sendiri saja, melalui teladan, barangkali aku akan berhasil mengubah keluargaku.
Dari inspirasi dan dorongan mereka, aku seharusnya memperbaiki negeriku dan, siapa tahu, aku mungkin dan bahkan mampu mengubah dunia".
Dari kisah dan paparan data di atas, sudah lebih dari cukup untuk menarik kesimpulan besar bahwa untuk mengubah dunia, memang sudah seharusnya kita memulainya dengan menata harmoni keluarga, harmoni diri, dan bahkan harmoni hati dan jiwa.
Sekarang kita sudah tahu apa yang seharusnya kita lakukan untuk merubah dunia dan segala permasalahan yang ada kearah yang lebih baik. Mungkin Piyu lupa akan hal ini, sehingga dia merasa nggak bisa merubah dunia. Padahal dia sangat paham, dalam album Tak Hanya Diam selain bicara tentang "harmoni", dalam lagu "sang penghibur" disebutkan:
"kugerakkan langkah kaki di mana cinta akan bertumbuh, kulayangkan jauh mata memandang tuk melanjutkan mimpi yang terputus, masih kucoba mengejar rinduku meski peluh membasahi tanah, lelah penat tak menghalangiku menemukan bahagia".
Pasti dia hanya "merendah" atau ingin menunjukkan bukti bukan janji; langkah bukan kata-kata, seperti dalam syair:
"aku bukanlah seorang yang mengerti tentang kelihaian membaca hati, kuhanya pemimpi kecil yang berangan tuk merubah nasibnya, ooo... bukankah pernah kulihat bintang, senyum menghiasi sang malam, yang berkilau bagai permata, menghibur yang lelah jiwanya, yang sedih hatinya".
Biarlah itu menjadi rahasia Piyu sendiri, yang terpenting sekarang adalah apakah kita hanya akan seperti kebanyakan orang yang menjadi bagian dari masalah tanpa terpanggil nuraninya untuk menyelesaikan setumpuk masalah yang hadir dan terbentang di hadapan kita?
Memang hidup ada perhentian, tak harus kencang terus berlari. Namun, kita adalah umat yang dinamis, yang tak seharusnya terus berhenti, diam dan terlena tanpa sadar telah terjerumus ke dalam kebobrokan. Mari menghela nafas panjang tuk berlari kembali, melangkahkan kaki, menuju Cahaya, menemukan Bahagia.

Monday, February 11, 2008

tak hanya diam



PADI ternyata tak hanya diam, mereka merespon dengan positif permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat ke dalam album "Tak Hanya Diam", mereka terus memberikan yang terbaik untuk pendengarnya.
Banyak pengamat musik mengatakan: PADI selalu memberikan kontribusi nuansa pop-stadium rock yang berkualitas. Bahkan PADI dianggap angin segar dan band penyelamat musikalitas Indonesia diakhir tahun 2007. Namun, di sini aku tidak akan membahas tentang musikalitas mereka, apalagi bicara soal berapa mili gram dosis reggae ala The Police yang mereka suntikkan ke dalam lagu "Aku Bisa Menjadi Kekasih". Aku bukan pemusik, hanya anak manusia yang gelisah dan berusaha meraba kegelisaham PADI.
Berikut ini cuplikan wawancara dengan PADI yang dimuat dalam majalah TRAX:
Dari segi lirik sepertinya makin berbicara masalah sosial ketimbang cinta, kenapa?
Piyu: Sebenarnya tetap, tema yang mendasari kehidupan adalah cinta. Cinta itu adalah awal dari sebuah peradapan, cinta itu yang membangun dan memfondasi album ini. Hanya sekarang cinta kita lihat dari sisi yang lain. Dulu waktu kita buat album satu dan dua kita seperti memakai kacamata kuda! Karena kita bicara tentang pribadi, perasaan kita, perasaan jatuh cinta, patah hati, rasa mengagungkan seseorang dan lain-lain, tapi sekarang kita udah membuka diri dan ternyata kita nggak sendiri, seperti di cover ada gambar connect, maksudnya kita bisa ber-connect dengan orang lain. Komunikasi bisa kita jalin dengan merasakan apa yang mereka rasakan, dengan melihat dan mendengar apa kata mereka. Rupanya konsep ini lumayan susah, karena setidaknya kita harus benar-benar menjadi mereka.
Rinda: Sekarang saya saat baca koran selalu ada masalah baru, ini belum kelar ada masalah yang lain. Lama-kelamaan saya jadi takut baca koran! Soalnya kita ikut merasakan. Hidup bukan masalah percintaan antara pasangan tapi ada yang lebih besar dan waktunya udah urgent!
Fadly: Tiap hari kan lihat televisi isinya masalah terus, kadang-kadang sampai kita mikir negara ini nggak ada bagus-bagusnya! Jadi energi yang kita dapat itu energi empati. Karena kita hanya bisa bikin musik, yah paling tidak kita ingin mrnyampaikan sesuatu yang bisa membuat orang lebih baik. Karena denga budaya kekerasan yang diperlihatkan televisi tidak menutup kemungkinan mem-brainwash generasi di bawah kita untuk berbuat negatif! Saya nggak yakin di luar negeri begitu caranya membangun mental. Di sini kita coba ingin memperlihatkan semuanya, sederhana tapi inspiring.
Piyu: Kita berusaha bukan untuk menggurui. Kita hanya melihat dari sisi realita yang kita rasakan manjadi mereka. Kita nggak bisa merubah dunia!
............kuhela nafas panjang. Ternyata teramat banyak kegelisahan yang PADI rasakan; tentang cinta, hidup, generasi muda, media masa dan masih banyak lagi.
CINTA
aku jadi ingat obrolan tentang cinta bareng seorang temen waktu masih SMU dulu. Karena keterbatasan otak kami akhirnya disimpulkan bahwa: "romantis hanya puitis, cinta adalah nafsu, dan kasih adalah ALLAH". Satu tahun kemudian aku menemukan kata "sayang" yang artinya "perjalanan cinta menuju kasih". Dari segala kesimpulan yang bikin kami geli tersebut, menurutku apa yang dilakukan PADI saat ini adalah mengungkapkan rasa "sayang", menekan "cinta yang sempit/pribadi" untuk mengekspresikan "cinta yang luas dan universal".
HIDUP
Dari cuplikan wawancara di atas dikatakan bahwa hidup bukan hanya masalah percintaan antar pasangan , banyak hal besar lain yang juga penting dan mendesak untuk direspon. Yah hidup memang komplek, namun menurutku hidup adalah perjuangan! dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (ide). Kita tidak akan merasa hidup jika segudang ide hanya menumpuk di otak lalu menjadi busa busuk di mulut tanpa selangkah kaki dan setetes keringat untuk mewujudkannya. Percayalah, bahwa tak ada yang sia-sia dalam perjuangan. mari nikmati "proses" ini, karena dengan inilah suatu keberhasilan dapat dinilai.
GENERASI MUDA dan MEDIA MASA
Semua orang pasti akur bahwa generasi muda adalah tumpuan masa depan, dipundak merekalah dibebankan masa depan yang lebih baik. Namun, sering kita dengar orang tua menyalahkan bahkan menghujat kesalahan anak/generasi muda tanpa ngasih solusi. Menurutku semacam itu harus segera dihentikan! Pemuda itu ibarat tunas, ia akan tumbuh dengan subur atau kerdil tergantung pada yang menanamnya (orang tua). Jadi sangat tragis jika orang tua menyalahkan kaburukan pemuda sementara mereka mendidik pemuda dengan iklim dan media yang buruk. Dan akan menjadi kerugian besar bagi pemuda sendiri jika pemuda tidak memaksimalkan fasilitas yang diberikan orang tua untuk berkembang, karena masa depan harus dihadapi oleh mereka bukan oleh orang tua.
Jika kita menengok kiri-kanan, yang namanya "permasalahan" seakan siap mengepung kita dari segala penjuru, mulai dari keiskinan yang mengintip dari rumah kardus di bawah jembatan layang sampai krisis moral yang bersekutu dan berkhianat bersama setan untuk selalu korup di atas kurdi amanat rakyat. Rasanya semua itu teramat sulit untuk dihadapi dan dirubah ke arah yang labih baik, sehingga Piyu berkata bahwa dia tak bisa merubah dunia, namun sebenarnya bersama "sahabat" banyak yang bisa dilakukan untuk perubahan.
Mari berjuang...!!

Thursday, February 7, 2008

senja valentine

1402'01
perjalanan pulang
terlihat.....
bara emosi berkobar di antara mereka
"Sepasang Kekasih Putih-Abu-abu"
lama......
tak padam oleh hujan
lama......
tak diam oleh pandangan
lama.......
by:'on-Solo


Beberapa hari yang lalu aku terpaksa pindahan kamar karena kamarku yang sempit tak mampu lagi menampung buku-buku dan tumpukan kertas yang kukumpulkan. Sekarang kamarku cukup luas, tak harus melipat busa/kasur untuk sujud pada Yang Esa atau menolak teman yang ingin masuk kamar karena tak ada tempat untuk duduk. Namun sepertinya aku harus selektif dalam mengumpulkan buku/kertas jika tak ingin kamar yang ukurannya 3x3.5m ini penuh lagi seperti kamar yang lama.
saat memilih kertas-kertas yang mau kubuang, aku menemukan catatan di atas dan anganku pun melambung, mengingat kembali peristiwa saat itu:
Hujan mengguyur kota Solo waktu aku sampai di terminal Tirtonadi. entah kenapa, saat itu aku menyukai dan menikmati pemandangan air hujan yang meriah, bening, ribuan, dan seakan saling mendahului untuk segera melampiaskan rindu pada sang bumi. Mungkin saat itu aku sedang kelelahan setelah hampir dua jam duduk sendirian di bus dalam perjalanan Jogja-Solo tanpa ada yang bisa diajak ngobrol, sehingga gemericik air hujan seakan menjadi sahabat waktu kecil yang telah lama tak bersua. Aku tersenyum...... tiba-tiba sepereti anak umur lima tahun yang ingin bermain bola di bawah guyuran hujan, saling dorong dengan teman sebaya dalam kubangan lumpur, dan tertawa bersama.....
Ternyata aku masih sendiri. Orang-orang di sekitarku menghujat hujan yang manghambat aktifitas mereka. Aku merasa terhimpit di antara suara-suara gaduh yang berhamburan ke luar dari mulut mereka, dan mataku berlarian ke sana-ke mari, mencari teman senasib untuk berbagi. Kulihat sepasang manusia muda berseragam putih-abu-abu bertengkar di bawah guyuran air hujan yang semakin deras, saling tuding dan berteriak, namun tak kudengar apa yang mereka bicarakan. lama kulihat mereka. Dari anganku mereka sepereti dua pendekar samuarai yang saling beradu jurus-jurus sakti tingkat tinggi, dentingan suara pedang beradu menyayat-nyayat badai yang menggulung mereka sore itu.
Aku tertunduk. Pedang mereka sama-sama menusuk jantung lawan, mereka roboh, darah segar yang mengalir dari tubuh mereka membentuk gambar hati yang retak dan meleleh di atas air hujan. Valentine yang tragis!
Bulan ini banyak anak muda menyibukan diri untuk menyabut untuk merayakan valentine. Ada yang berencana jalan bareng sama pacar dan ngasih hadiah kejutan, saling tukar kado dengan pacar, membuat pesta kecil-kecilan bareng teman-teman, dan lain-lain. Lalu aku bertanya pada diri sendiri: apa yang akan kulakukan? Belum sempat kutemukan jawaban atas tanya itu, muncul lagi pertanyaan yang lebih membuatku tertarik untuk mencari jawabannya: Apa itu valentine?
Menurut beberapa temen, valentine adalah hari kasih sayang, hari berbagi rasa sayang kepada pacar/pasangan tau lebih luasnya kepada keluarga, orang-orang yang kita sayangi dan kepada sesama makhluk Allah. Dengan semangat mereka menjelaskan tentang berbagi dan seabreg kegiatan yang bisa dilakukan di hari valentine. Namun semua itu tak membuatku terkesan, karena tak ada sekatapun yang menjelaskan kenapa ada valentine? kenapa dirayakan seperti itu? Mereka lupa menjelaskan atau mereka tak tahu?!
Kutemukan jawaban atas tanyaku di situs wikipedia, di sana dijelaskan valentine's day adalah Pesta untuk Santo Valentinus yang dirayakan oleh gereja Katolik Roma setiap tanggal 14 Februari. Pesta ini merupakan sebuah usaha untuk mengungguli hari raya pra-kristen, Lupercalia (sebuah perayaan untuk lupecus atau dewa kesuburan) yang masih diperingati di Roma setiap tanggal 15 Februari pada waktu itu (abad ke 5). Valentinus adalah seorang Santo yang dipenggal kepalanya karena menolak untuk menangkal Yesus di depan Kaisar Claudius pada tahun 280, namun ada pula yang mengatakan karena Santo Valentinus menikahkan serdadu Romawi yang berarti menentang perintah kaisar yang melarang serdadu romawi untuk menikah.
Sebelum akhir abad pertengahan, hari valentine tidak diasosiasikan dengan cinta yang romantis. Dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta adalah pada abad ke 14 di Inggris dan Prancis dimana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. kepercayaan ini ditulis dalam karya sastrawan Inggris pertengan ternama yaitu Geoffrey Chaucer. Pada abad pertengahan ini agama berkembang sangat pesat dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia termasuk pemerintahan. Sehingga pada abad ini pula dibangun sistem Perang Salib untuk mempertahankan pemerintahan Eropa dari desakan pengruh pemerintahan Islam dari Timur Tengah.
Pada tahun 1969 hari raya Santo Valentinus ini dihapus dari kalender gerejani, sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-usulnya dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja (asal-usul Santo Valentinus memang masih menjadi perdebatan), namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sedangkan menurut Buletin Dakwah Al Tawaid yang kubaca hari jumat kemarin, di sana dijelaskan bahwa valentine's day-menurut salah satu versi ensiklopedi-adalah hari untuk memperingati kematian Pendeta St. Valentine yang dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Dan menurut Syaikh Muhammad al-Utsaimin, umat Muslim tidak boleh merayakan hari valentine karena alasan berikut:
pertama; itu merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukum dalam syariat Islam.
kedua; itu dapat menyebabkan hari sibuk dengan perkara-perkara rendahan yang sangat bertentangan dengan petujuk para salaf shlih (pendahulu kita).
Menurut beliau, hendaknya setiap Muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak menpunyai pegangan dan ikut-ikutan, kerena dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka.
.........aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Sungguh! Blog ini tidak untuk menghakimi orang lain (temen-temen Muslim yang merayakan valentine), tidak ada niat dan bukan kapasitas saya untuk itu. Saya hanya mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di otakku.
Seperti yang sudah-sudah, masih ada pertanyaan yang menyusul: Kenapa Kaisar Claudius II melarang pernikahan di kalangan pemuda? Apakah karena seseorang yang masih muda dipandang egonya masih tinggi dan labil, masih mencari jati diri atau mungkin secara ekonomi belum mapan karena masih tergantung pada orang tua? Lalu apa alasannya jika yang dilarang menikah para serdadu romawi? apakah karena yang menikah konsentrasinya dianggap terbelah antara mengabdi pada Kaisar dan keluarga?
ENTAHLAH......... (harus lebih giat membaca dan cari info!!)

Sunday, February 3, 2008

Ahmad Dhani Yahudi...?!



Minggu kemarin "kegelisahanku" berada di antara harga bahan pokok yang melambung tinggi, generasi tua yang korup dan kaum muda yang pemabuk (nyonge bukan pemabuk lho...) , sekarang kegelisahan itu hadir lagi ketika beberapa hari yang lalu aku mendengar info dari radio tentang Ahmad Dhani. Pentolan band Dewa 19 tersebut saat berada di malaysia mengeluarkan pernyataan bahwa dia keturunan Yahudi dan tidak semua orang Yahudi jahat.
Selama ini banyak orang menganggap Ahmad Dhani sosok yang arogan, menurutku itu hanya anggapan orang yang memandang sosok Dhani dari satu sudut pandang saja tanpa memandang dari sudut pandang yang lain. Menurutku Dhani adalah sosok yang memegang teguh prinsip, cerdas, dan religius. Dan pernyataan dia di atas pasti ada maksud yang "keren" (ada pesan yang tersirat dari yang tersurat/terucap) seperti kata-kata dalam syair-syair lagu ciptaannya yang jika hanya didengar sekilas seperti ungkapan rasa cinta pada sesama/kekasih, padahal jika dipahami lebih dalam, lagu cinta tersbut ditujukan kepada Yang Esa (ALLAH). Banyak orang juga mengira bahwa Dhani berkiblat pada Kahlil Gibran, penyair asal Lebanon yang bercita rasa oriental yang eksotik dan mistik. Namun ternyata Dhani berkiblat pada Jalaluddin Rumi, salah seorang penyair Sufi terbesar sepanjang sejarah Islam yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan), syair-syair dan ajaran cintanya pada Allah telah menjadi inspirasi bagi para penyair di seluruh dunia untuk menciptakan karya-karya yang memiliki estetika tinggi.
Kembali ke pernyataan Dhani di atas yang membuatku bertanya-tanya: Yahudi itu siapa sih? Apakah Yahudi dianggap jahat, sehingga Dhani menyatakan tidak semua orang Yahudi jahat? Ada apa di balik pernyataan Dhani tersebut?
Ternyata semua pertanyaan itu sulit kutemukan jawaban yang memuaskan.
Banyak media dan temanku yang mengatakan bahwa Yahudi adalah Israel, dan semua orang tahu Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang sangat brutal terhadap bangsa Palestina sehingga banyak orang menghujat dan anti Yahudi. Mungkin Dhani menyadari telah terterjadi kebingungan di masyarakat luas tentang dua terminologi yang sangat berbeda antara: anti-semitisme dan anti-zionisme, sehingga dia ingin menyadarkan masyrakat bahwa tidak semua Yahudi jahat karena Yahudi bukan hanya Israel meskipun Israel didirikan oleh Yahudi.
Berikut ini jawaban yang kudapat dari buku "Renungan Seorang pemuda Muslim Di Tengah Kemurungan" oleh Ismail F. Alatas:
Anti-semitisme adalah sebuah kebencian berdasarkan perasaan rasialis yang ditujukan kepada bangsa Yahudi, dan perasaan ini telah cukup dalam tertanam dalam benak bangsa Eropa selama berabad-abad sehingga pada masa Adolf Hitler lebih dari enam juta bangsa Yahudi dibantai untuk ambisi politik Hitler. Sedangkan anti-zionisme penolakan terhadap sebuah idiolagi zionis sekuler yang saat ini digunakan oleh Israel. Seseorang boleh saja bersikap anti-zionisme sepereti anti-monarki atau anti-amerika karena idiologi hanya ciptaan manusia yang tentunya menpunyai banyak kekurangan. Hal semacam ini tidak ada hubunganya dengan agama. Tapi sebaiknya seseorang jangan anti-semitis karena sama saja mengingkari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang seharusnya saling menghargai dan menghormati.
Namun, sepertinya ada kaum zionis yang ingin menyamakan dan menyatukan kedua sikap tersebut, dengan harapan agar siapa saja yang bersikap anti-zionisme berarti juga seorang yang anti-semitis, tentunya hal ini bertujuan untuk memuluskan berdirinya Israel. Sikap anti-semitis Hitler yang membantai Yahudi menciptakan rasa iba di Eropa dan telah dijadikan dasar bagi negara-negara barat untuk mendukung pendirian negara israel. Anehnya, kenapa israel didirikan di Palestina bukan di Jerman sebagai negara yang harus bertanggung jawab atas kekejaman Nazi yang dipimpin Hitler terhadap Yahudi?! Kenapa israel didirikan dengan metode kekerasan dan kekejaman (kolonialisme) terhadap bangsa Palestina (seperti pembalasan yang salah sasaran)?!
Di sisi lain, di kalangan umat Islam juga bercokol kebingungan antara kedua konsep tersebut. Banyak dari kaum Muslim kerap mengtakan bahwa mereka anti-Yahudi, yang berarti anti-semitisme. Namun menurut Ismail F. Alatas, fenomena ini bukan sesuatu yang disengaja. kaum Muslim umumnya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang situasi di dalam tubuh kaum YAhudi dan khususnya sejarah pendirian negara israel. Apa yang mereka tahu adalah israel sama dengan Yahudi. HAl ini dikarenakan keterbatasan pendidikan di banyak negara Muslim. Juga karena tingkat emosi yang sudah cukup tinggi akibat menyaksikan adegan-adegan brutal israel di Palestina setiap hari melalui TV. Selain itu, juga hal ini merupakan akibat dari manipulasi segelintir guru agama, yang menafsirkan beberapa ayat Al-Quran secara kurang tepat, sehingga mengakibatkan kesalahpahaman, khususnya ayat-ayat yang menyangkut persoalan bangsa Yahudi.
Harus kita akui bahwasanya dalam tingkat idealisme, Islam sebagai agama sama sekali tidak mengjarkan anti-semitisme. Mustahil Islam menyeruka untuk memusuhi bangsa Yahudi, yang dihiasi oleh para nabi mulia. Perasaan anti-semitisme merupakan penghinaan bagi ciptaan Tuhan yang berarti penghinaan bagi yang menciptakankannya, yaitu Tuhan Sendiri. Seharusnya sebagai seorang Muslim, kita harus mencintai dan berprasangka baik terhadap semua ciptaan-Nya. Nabi Muhammad Saw. pada saat selesai perang Khaybar, mengawini seorang janda Yahudi bernama Shafiya yang merupakan anak dari musuh lamanya, Huyai. Nabi Saw. tidak menyukai kebencian tanpa dasar terhadap bangsa Yahudi, apalagi Yahudi yang tidak memerangi/ berbuat kezaliman terhadap kaum Muslim.
Masih ada "kegelisahan", kenapa tanah Palestina yang dirampas israel, bukan tanah Jerman?