Saturday, January 12, 2008

filosofi rokok



Saya bukan kaum perokok (aktif), rokok bagiku hanya alat untuk basa-basi dalam berinteraksi dengan orang lain. Hanya saat nongkrong bareng temen-temen saja saya mencoba mencari rasa nikmat yang katanya ada dalam asap pengap tembakau yang terbakar, itu pun jika pas lagi pingin. Dalam satu minggu saya hanya menghisap 1 atau 2 batang rokok, bahkan seringkali dalam satu bulan tidak merokok sama sekali. Saat "terdampar" di Jogja, saya punya rekor pribadi tidak merokok selama lima tahun.
Kali ini saya akan memposting tulisan tentang rokok dari buku "Filosofi Rokok" oleh Suryo Sukendro.
Bagi kaum perokok, sebatang rokok adalah sama halnya dengan rasi bintang di langit bagi seorang petualang rimba raya. Ia adalah kawan setia, temen berbagi, sekaligus kompas penunjuk arah.
Namun jika beberapa pertanyaan tentang rokok diajukan kepada mereka, barang kali hanya segelintir orang saja yang bisa mengemukakan argumen dengan referensi yang kuat beserta data-data yang akurat.
Ini adalah fakta yang mengelikan sekaligus ironis, bahwasanya kaum perokok seolah telah menjalin sebuah persekutuan dengan sesuatu yang tak mereka kenal, seperti berpetualang dalam sebuah perjalanan tanpa peta. Semua orang tahu hal itu sangat beresiko tersesat dan berujung pada kematian.
Tulisan ini memberi peta perihal rokok. Setidaknya ini akan menjadi sejumlah gambaran bagi kaum perokok perihal persekutuanya bersama sebatang lintingan tembakau yang menjadi kawan setia kemana pun serta.
SEJARAH TEMBAKAU
Awal Dikenalnya Tembakau
Awal mula perkenalan dunia pada tembakau dan kebiasaan merokok tak bisa lepas dari para pelaut Spanyol di bawah pimpinan Columbus yang melakukan serangkaian pendaratan di berbagai pulau di benua Amerika. Pada 2 November 1492 rombongan Columbus mendarat di pulau Waitling, dan mereka melihat sebuah perahu lesung orang Indian yang berisi muatan, diantaranya daun-daun kering yang kelak dikenal sebagai tembakau.
Di lain tempat dua orang utusan yang dikirimkan Columbus ke pantai Cuba, mereka beretemu banyak orang lelaki yang membawa kayu bakar dan bungkusan-bungkusan berisi daun pengobat yang telah dikeringkan. Orang-orang itu menghisap gulungan daun kering itu sambil menjelaskan jika asap dari daun kering yang mereka hisap itu bisa mendatangkan kenikmatan pada tubuh mereka, menciptakan rasa nyaman dan mengurangi kelelahan. Rasa penat hilang dan muncul rasa santai. Gulungan daun kering itu mereka sebut TOBACCO dan orang Indian Karibia menyebutnya TOBAGO.
Merokok terutana dengan pipa, sudah menjadi budaya mereka. Mereka dianggap sebagai perokok pertam dalam sejarah. Tiap suku Indian pada waktu itu memakai cara-cara tersendiri dalam menikmati tembakau. Ada yang dikunyah, dicium, dan ada pula yang dijilat. Tembakau juga dipakai dalam upacara ritual (misal: upacara merokok untuk perdamaian), bahkan pengobatan.
Kedatangan orang-orang Eropa ke Amerika merupakan awal perkenalan dunia luar Amerika kepada tembakau dan setelah tahun 1613 tembakau menyebar ke Eropa, kemudian ke Asia.
Awal Tembakau di Indonesia
Jauh sebelum orang Indonesia mengenal tembakau, mereka lebih dulu mengenal budaya mengunyah buah pinang dan sirih serta mencampurnya dengan kapur yang terbuat dari kulit tiram-sebagai sebuah kebiasaan untuk mendapatkan kenikmatan. Namun hingga jaman Majapahit, kebiasaan makan sirih belum mengenal gambir. Budiman (1987) menyebutkan jika gambir baru masuk Indonesia pada awal abad XVI dan merupakan barang impor. Pemakaian tembakau baru muncul belakangan, setelah dimasukkan oleh orang Portugis ke Indonesia pada awal abad XVII. Tembakau khusus untuk makan sirih ini dikenal dengan nama tembakau SUGI. Masyarakat Jawa menyebutnya bako SUSUR.
Pada tahun 1601 orang Belanda mengenalkan kebiasaan merokok pada orang Indonesia. Orang Belanda menyebut menghisap pipa dan cerutu dengan istilah RO'KEN. Misal EEN PIJP RO'KEN (menghisap sebuah pipa). Dari perkataan RO'KEN inilah muncul perkataan ROKOK yang dipakai hingga sekarang.
Namun istilah rokok ini belum dijumpai sama sekali dalam naskah sastra Jawa hingga abad XIX. Ini dikarenakan orang Jawa pada waktu itu lebih familier dengan istilah ESES atau SES sepereti dalam naskah Centhini ataupun istilah UDUD seperti dalam naskah Bab Ing Sangkala. Di luar Jawa dan Madura dikenal istilah BUNGKUS dengan artian yang sama, sekalipun sesudahnya istila itu tidak dipai lagi alias punah.
Rokok sebagai barang dagangan diduga telah ada sejak abad XVII, berdasarkan kisah Pranacitra dan Rara Mendut yang beredar di masyarakat Jawa. Sekarang Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pada 2002 sebanyak 182.000 miliar batang rokok, setelah Republik Rakyat China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang. Ironisnya dari surve Kesehatan Nasional tahun 2001, sekitar 28,3% perokok Indonesia adalah tergolong ke dalam sosial ekonomi rendah, di mana mereka membelanjakan rata-rata 15-16% dari pendapatan dalam sebulan untuk membeli rokok. Namun saat ini industri rokok di Indonesia juga telah menyerap sekitar 10.000 pekerja dari hulu sampai hilir, dengan nilai pemasukan cukai yang selalu naik setiap yahunnya. Tahun 2005 sebesar 29 triliun, tahun 2006 42 triliun dengan pemasukan devisa ekspor tembakau sebesar 1,9 triliun. Sedangakan pemasukan cukai tahun 2007 kuarang lebih 50 triliun.
KANDUNGAN ROKOK
Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan kimia, diantaranya nikotin, tar, karbon monoksida dan hidrogen sianida.
Nikotin
Nikotin dijumpai secara alami di dalam batang dan daun tembakau yang mengandung nikotin paling tinggi, atau sebanyak 5% dari berat tembakau. Nikotin merupakan racun saraf manjur (potent nerve poison) dan digunakan sebagai racun serangga. Pada suhu rendah, bahan ini bertindah sebagai perangsang dan salah satu sebab utama mengapa merokok digemari dan dijadikan sebagai tabiat. Nikotin dapat merangsang dan meningkatkan aktivitas, kewaspadaan atau refleksi, kecerdasan serta daya ingat. Namun di sisi lain, nikotin adalah racun yang dapat menangkal dan menghilangkan pengaruh berbagai macam obat sehingga obat tidak bermanfaat bagi tubuh. Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin masuk ke dalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik, dan beredar keseluruh tubuh dalam waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir.
Tar
Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan dalam proses pertanian dan industri sigaret. Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.
Karbon Monoksida
Karbon Monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna. Kandungany di dalam asap rokok 2-6%. Karbon Monoksida dalam paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan hemoglobin (Hb). Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dai Hb dapat terisi oleh Karbon Monoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly Haemoglobin), dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan oksigen, yang akibatnya sel tubuh akan kekurangan oksigen. Pengurangan oksigen jangka panjang dapat mengkibatkan pembuluh darah akan terganggu karena penyempitan dan mengeras. Bila menyerang pembuluh darah jantung, maka akan terjadi serangan jantung (Henningfield, JE., 1995).

1 comment:

Li Partic said...

Waaahhh..
Boleh di kopi beberapa kan??

Hehehe..
Dicek aja deh...

www.himenohaya.co.cc

Makasiii^___________^