Sunday, April 27, 2008

rumah kehidupan


(kemarin saya menemukan buku yang keren "Rumah Kehidupan Penuh Keberuntungan (membangun keberuntungan dengan menyelami diri)" oleh Gede Prama. Yang asik dari buku ini, isinya tidak memandang sesuatu secara hitam-putih sehingga tidak terkesan menggurui, setiap pembaca bisa menarik kesimpulan sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing. Berikut ini ringkasan dari salah satu bab yang ada di dalam buku itu):
Ada beberapa pengertian sehubungan dengan rumah. Ada rumah fisik yang terbuat dari tembok, kayu, batu dan lain-lain. Ada tubuh di mana jiwa sementara berteduh. Ada rumah persahabatan yang diisi kegiatan saling berbagi. Ada rumah pernikahan yang tidak saja dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan tetapi juga menjadi tempat saling melengkapi. Ada rumah keluarga tempat anak-anak tumbuh. Ada rumah yang amat dirindukan jiwa sekaligus menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi banyak sekali jiwa manusia.
Rumah Kehidupan beda dengan rumah-rumah fisik manusia yang mengenal pagar-pagar dan tembok tinggi. Rumah-rumah kehidupan semuanya tanpa pagar. Semuanya menjadi suatu kesatuan dalam jalinan jejaringan yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Sebutlah tubuh yang sedang sakit, ia memberi pengaruh pada rumah persahabatan, rumah pernikahan, serta rumah keluarga. Demikian juga, kalau ada guncangan di dalam rumah keluarga, rumah-rumah yang lain ikut terguncang.
Dalam ekologi rumah yang tanpa pagar ini, manusia membutuhkan sejumlah kepekaan, terutama sebelum rumah-rumahnya ditimpa berbagai sersoalan dan guncangan. Entah, adakah sahabat yang pernah belajar kecerdasan kosmik. Dalam kecerdasan kosmik ini, manusia mendidik diri senantiasa terhubung dengan ciptaan-ciptaan yang lain. Dengan pohon, batu, rumput, matahari, langit, bintang, bulan, binatang, dan tentu saja manusia. Dalam keterhubungan ini, ciptaan-ciptaan yang berlimpah ini sebenarnya memberikan tanda-tanda.
Boleh percaya boleh tidak, boleh menyebut sebagai takhayul atau menyebutnya kepekaan. Taman di halaman rumah adalah cermin jujur tentang apa yang terjadi di sebuah rumah dalam kurun waktu lama. Binatang-binatang yang suka berkunjung ke rumah sedang memberikan feedback tentang sifat-sifat keseharian manusia yang tinggal di sana. Tamu-tamu yang sering berkunjung juga serupa. Ia cermin terang benderang pemilik atau penunggu rumahnya. Demikian juga, dengan seberapa sering dan seberapa gembira burung-burung liar yang berkunjung ke rumah. semuanya sedang memberitahu kualitas keterhubungan kita dalam ekologi rumah-rumah kehidupan. Dan kualitas keterhubungan inilah yang juga menjadi faktor menentukan bagi kehidupan manusia kini.
Entah ada hungannya atau tidak, atau hubungannya alami atau dibuat-buat, dalam ekologi rumah kehidupan yang terhubung rapi, keberuntungan seperti datang dengan sendirinya. Seperti orang Jawa yang mengalami kecelakaan, kalau patah akan menyebut untung hanya patah dan tidak mati. Kalau mati, untung mati daripada hidup tapi cacat seumur hidup. Sehingga apa pun yang terjadi di luar, kacamata di dalam tetap sama: KEBERUNTUNGAN! Karena kacamatanya keberuntungan, semua kejadian menjadi lukisan-lukisan keberuntungan.

1 comment:

Unknown said...

Oon?!...
pa kbe bang???
Gw Gie, yang puna Bomberforreggae.
sorry wktu itu gw baru pndah k clcp mkanya bkin blog kya gtu, byar bsa cpt dpt knlan yg sjalan.
Jl.Jend Sud no.7???
Tar gw coba ke sana dech...
Lam Knal aja bang!...
"Gie"
egi-rastafara.blogspot.com