Thursday, August 14, 2008

MERDEKA...!!!

Biasa, setiap memasuki bulan Agustus kata "merdeka" terucap di mana2, mulai dari anak2 TK, para pejabat, sampai TV & radio semua berteriak "merdeka!" Secara sederhana, kata "merdeka" dapat diartikan sebagai "bebas dari penjajahan pihak lain".
Seperti orang latah, ringtone HP inyong pun berganti, dari "Ayat Kursi" (yg sering dianggap oleh temen2 sok religius tapi selalu ku jawab "untuk terapi ruqiah" hehehe...) berganti "proklamasi" yg dibacakan oleh Bung Karno. Entah kenapa, kata :merdeka" yg diucapkan Bung Karno lebih "terasa!!".Lebih bikin merinding dibandingkan kata "merdeka" yg diucapkan oleh orang lain. Apakah karena Bung Karno adalah orang yg telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Mungkin, tapi bukan hanya karena itu, ada "rasa" dalam hati "Sepertinya kemerdekaan itu hanya terjadi pada saat Bung Karno membacakan Proklamasi & beberapa saat setelah itu. Selanjutnya kemerdekaam luntur secara perlahan namun pasti seiring dengan berubahnya bentuk penjajahan".
Selasa malam kemarin, tiba2 ada satu tanya yg melompat dari tanya2 yg berjubel di kepala, "..........Btw,benarkah kita sudah merdeka?" SMS inyong nylonong di "Bentomania", acara radio Bchy-FM yg memutar lagu2nya Bang Iwan Fals yg saat itu DJ-nya Dina Amalia. "..........terserah anda melihatnya dari sisi yg mana....." jawab Dina. Wou...... cukup bijaksana. Dari jawaban itu dapat dikatakan ada sisi/sudut pandang yg menganggap bahwa kita belum merdeka. Dar sisi yg mana? sayang sekali Dina ga menjelaskan, tapi jawaban tadi udah cukup keren!!
Tadi siang kubaca koran SM edisi minggu 1008'08 (koran minggu dibaca kamis? Ya. Koran bekas! maklum, inyong termasuk orang2 yg hidup dari sisa2 orang2 kapitalis. Tapi tetap bersyukur & optimis, lagipula koran kadaluwarsa ga akan meracuni jiwa&raga hehehe.... Siapa tahu dari barang bekas tersebut dapat tercipta ramuan untuk meracuni orang2 kapitalis. HALAAAHHHH..!!! kok ngelantur ga karuan!). Di koran itu dimuat petikan perbincangan dengan Direktur Eksekutif Reform Institute, Dr Yudi Latif, pengamat sosial politik dari kalangan muda yg sedang naik daun. Berikut petikan wawancara tersebut:
"Menurut Anda apakah bangsa ini sudah benar2 merdeka?
Apakah kita masih cukup percaya diri menganggap bangsa ini merdeka & mampu keluar dari jebakan penjajahan model baru? Apakah kita punya kedaulatan penuh untuk lepas dari kepentingan modal internasional dalam hal mengelola sumber daya mineral, hutan, dan laut?
Padahal dalam UUD 45, UUd RIS, UUDS 1950-pasal2 yg menyangkut kekayaan alam kita tetap dipertahankan dari ancaman "penjajahan" & kekayaan alam kita fokuskan untuk kemakmuran rakyat. Sekarang kita banyak keluhan, karena ternyata yg menjadi hajat hidup orang banyak atau basic need telah mengalami penetrasi korporasi internasional, yg masuk melalui sebuah undang2. Kita tidak punya kedaulatan untuk menentukan sistem kontrak karya yg adil dalam bidang minyak & gas, serta kekayaan mineral lain.
Yg juga menjadi kesedihan bersama, kian sulit akses pendidikan bermutu bagi rakyat. Biaya untuk masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) besar karena seolah mengalami privatisasi. PTN saat ini telah memberikan keistimewaan bagi orang2 berduit, menggeser kesempatan oran2 pandai dari pedesaan.
Dari berbagai hal di atasmenunjukkan kita masih punya problem soal kemakmuran, kesejahteraan, & keadilan. Karena itu bisa dikatakan, secara subtantif kita belum merdeka. Kita masih dibelenggu penjajahan akibat mentalitas elit kkita yg sakit. Negara & elit lebih menjadi pelayan kepentingan perseorangan yg kuat sumber dayanya, sehingga prioritas pembangunan tidak menyentuh kepentingan raknyat banyak."
Abdul Djamil di kolom "Gayeng Semarang" SM edisi yg lebih kadaluwarsa (mungkin edisi tahun lalu tapi sudah kukliping) menulis:
".......Bagi Angkatan '45, merdeka adalah segala2nya, sesuatu yg telah ditebus dengan darah & air mata, sedangkan anak muda menilai kemerdekaan hanya identik dengan tirakatan, panjat pinang, & upacara bendera.
.......Kemampuan berkompetisi kita menduduki rangking 59....... Performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, infrasetruktur dll. rupanya menjadi biang kerok posisi bangsa ini di tengah2 bangsa lain. Apakah kita hanya menonjol dalam soal pemasok TKW terus menerus?
.......kata2 proklamator kita pun terngiang kembali. "Jangan2 kita ini menjadi negara kuli & kuli bagi bangsa lain".
Setelah merdeka lalu apa? apakah ungkapan kuno yg itu menyinggung perasaan seolah kita tak berbuat apa2? Ya memang ga ada apa2 kecuwali hanyut dalam hisuk pikuk euforia ideolagi mulai dari kemengan mengusir penjajah, menumbangkan orde lama, mengganti dengan orde baru & mengubahnya menjadi orde reformasi, tetapi bangsa ini tetap saja begitu2 saja......."
Pak Retmono di kolom yg sama juga menyikapi kemerdekaan dengan bijaksana & ajakan yg luhur. "Menjelang ulang tahun proklamasi kemerdekaan ini, mari kita mereflesikan kembali sudahkah cita2 proklamasi dari para founding fathers kita tercapai, atau masihkah kita harus membangun kembali pandangan kita mengenai kesejahteraan materiil & spiritual seluruh rakyat Indonesia? Apa yg akan kita wariskan kepada anak cucu kita? Semoga mereka akan mewarisi semangat pendahulu2 mereka yg selalu sepi ing pamrih rame ing gawe."
Wahid Romadlon di kolom "gagasan" juga mengungkaplan kegelisahannya:
"Puncaknya pada malam 17 Agustus diadakan tirakatan. Tapi sayangnya masih banyak tirakatan yg digelar jauh dari makna syukur atas anugerah kemerdekaan.
Misal, menggelar dangdutan dengan menghadirkan penyanyi "menor & hot" bergoyang mengumbar aurat. Berjoget & "ndoyong" sampai llupa diri, main judi sembari minum miras sampai pagi dll. Sungguh ironis kalau memperingati hari kemerdekaan masih kental mengadopsi budaya barat yg "menggelontor" tak terfilter.
Makna "kemerdekaan hakiki" tak mereka dapatkan, meski "kebebasan" lahiriah terpenuhi. Bahkan sebaliknya, mereka masih terbelenggu & terpasung dari jerat nafsu. Berpikir & berperilaku syaitaniyah yg senantiasa menghalangi kedekatan kepada Tuhan YME.
Di bumi persada Nusantara ini, sebenarnya masih dituntut memiliki tanggung jawab sosial. Memperbaiki hidup & kehidupan sesuai harapan & cita2 para pahlawan. yaitu mewujudkan masyarakat yg tata tentrem kerta raharja."
........................masih banyak lagi orang2 yg mencoba memaknai kemerdekaan dengan sesuatu yg benar2 bermakna, dengan bercermin, koreksi diri & memperbaiki diri. Namun, masih teramat banyak orang2 yg masabodoh dengan semua itu sehingga tetap PeDe sebagi koruptor & pemabuk!!
Orang tua selalu menyalahkan anak muda yg bobrok karena narkoba, sementara anak muda yg dalam keadaan mabuk menghujat oarang tua yg korup & gila kekuasaan. Yg tua seperti pahlawan kesiangan yg muda seperti selebritis dadakan!! inyong jadi teringat syair di salah satu lagunya Ahmad Dhani: "Bangsat2 bertopeng anak bangsa...... Yg tua korup yg muda mabuk, Merdeka!!!"

2 comments:

Air Setitik Team said...

Please visit us at http://airsetitik.tk

Thank you and regards

mauli said...

malemmmmm
gambar benderanya itu koq dikasih tempelan lainzehhhhhhh????
awas kena pelanggaran UU tentang bendera lho.......
hehehehehehehehe 2009x

mauliye@ymail.com

lam kenal massssssssssss