Monday, February 11, 2008

tak hanya diam



PADI ternyata tak hanya diam, mereka merespon dengan positif permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat ke dalam album "Tak Hanya Diam", mereka terus memberikan yang terbaik untuk pendengarnya.
Banyak pengamat musik mengatakan: PADI selalu memberikan kontribusi nuansa pop-stadium rock yang berkualitas. Bahkan PADI dianggap angin segar dan band penyelamat musikalitas Indonesia diakhir tahun 2007. Namun, di sini aku tidak akan membahas tentang musikalitas mereka, apalagi bicara soal berapa mili gram dosis reggae ala The Police yang mereka suntikkan ke dalam lagu "Aku Bisa Menjadi Kekasih". Aku bukan pemusik, hanya anak manusia yang gelisah dan berusaha meraba kegelisaham PADI.
Berikut ini cuplikan wawancara dengan PADI yang dimuat dalam majalah TRAX:
Dari segi lirik sepertinya makin berbicara masalah sosial ketimbang cinta, kenapa?
Piyu: Sebenarnya tetap, tema yang mendasari kehidupan adalah cinta. Cinta itu adalah awal dari sebuah peradapan, cinta itu yang membangun dan memfondasi album ini. Hanya sekarang cinta kita lihat dari sisi yang lain. Dulu waktu kita buat album satu dan dua kita seperti memakai kacamata kuda! Karena kita bicara tentang pribadi, perasaan kita, perasaan jatuh cinta, patah hati, rasa mengagungkan seseorang dan lain-lain, tapi sekarang kita udah membuka diri dan ternyata kita nggak sendiri, seperti di cover ada gambar connect, maksudnya kita bisa ber-connect dengan orang lain. Komunikasi bisa kita jalin dengan merasakan apa yang mereka rasakan, dengan melihat dan mendengar apa kata mereka. Rupanya konsep ini lumayan susah, karena setidaknya kita harus benar-benar menjadi mereka.
Rinda: Sekarang saya saat baca koran selalu ada masalah baru, ini belum kelar ada masalah yang lain. Lama-kelamaan saya jadi takut baca koran! Soalnya kita ikut merasakan. Hidup bukan masalah percintaan antara pasangan tapi ada yang lebih besar dan waktunya udah urgent!
Fadly: Tiap hari kan lihat televisi isinya masalah terus, kadang-kadang sampai kita mikir negara ini nggak ada bagus-bagusnya! Jadi energi yang kita dapat itu energi empati. Karena kita hanya bisa bikin musik, yah paling tidak kita ingin mrnyampaikan sesuatu yang bisa membuat orang lebih baik. Karena denga budaya kekerasan yang diperlihatkan televisi tidak menutup kemungkinan mem-brainwash generasi di bawah kita untuk berbuat negatif! Saya nggak yakin di luar negeri begitu caranya membangun mental. Di sini kita coba ingin memperlihatkan semuanya, sederhana tapi inspiring.
Piyu: Kita berusaha bukan untuk menggurui. Kita hanya melihat dari sisi realita yang kita rasakan manjadi mereka. Kita nggak bisa merubah dunia!
............kuhela nafas panjang. Ternyata teramat banyak kegelisahan yang PADI rasakan; tentang cinta, hidup, generasi muda, media masa dan masih banyak lagi.
CINTA
aku jadi ingat obrolan tentang cinta bareng seorang temen waktu masih SMU dulu. Karena keterbatasan otak kami akhirnya disimpulkan bahwa: "romantis hanya puitis, cinta adalah nafsu, dan kasih adalah ALLAH". Satu tahun kemudian aku menemukan kata "sayang" yang artinya "perjalanan cinta menuju kasih". Dari segala kesimpulan yang bikin kami geli tersebut, menurutku apa yang dilakukan PADI saat ini adalah mengungkapkan rasa "sayang", menekan "cinta yang sempit/pribadi" untuk mengekspresikan "cinta yang luas dan universal".
HIDUP
Dari cuplikan wawancara di atas dikatakan bahwa hidup bukan hanya masalah percintaan antar pasangan , banyak hal besar lain yang juga penting dan mendesak untuk direspon. Yah hidup memang komplek, namun menurutku hidup adalah perjuangan! dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (ide). Kita tidak akan merasa hidup jika segudang ide hanya menumpuk di otak lalu menjadi busa busuk di mulut tanpa selangkah kaki dan setetes keringat untuk mewujudkannya. Percayalah, bahwa tak ada yang sia-sia dalam perjuangan. mari nikmati "proses" ini, karena dengan inilah suatu keberhasilan dapat dinilai.
GENERASI MUDA dan MEDIA MASA
Semua orang pasti akur bahwa generasi muda adalah tumpuan masa depan, dipundak merekalah dibebankan masa depan yang lebih baik. Namun, sering kita dengar orang tua menyalahkan bahkan menghujat kesalahan anak/generasi muda tanpa ngasih solusi. Menurutku semacam itu harus segera dihentikan! Pemuda itu ibarat tunas, ia akan tumbuh dengan subur atau kerdil tergantung pada yang menanamnya (orang tua). Jadi sangat tragis jika orang tua menyalahkan kaburukan pemuda sementara mereka mendidik pemuda dengan iklim dan media yang buruk. Dan akan menjadi kerugian besar bagi pemuda sendiri jika pemuda tidak memaksimalkan fasilitas yang diberikan orang tua untuk berkembang, karena masa depan harus dihadapi oleh mereka bukan oleh orang tua.
Jika kita menengok kiri-kanan, yang namanya "permasalahan" seakan siap mengepung kita dari segala penjuru, mulai dari keiskinan yang mengintip dari rumah kardus di bawah jembatan layang sampai krisis moral yang bersekutu dan berkhianat bersama setan untuk selalu korup di atas kurdi amanat rakyat. Rasanya semua itu teramat sulit untuk dihadapi dan dirubah ke arah yang labih baik, sehingga Piyu berkata bahwa dia tak bisa merubah dunia, namun sebenarnya bersama "sahabat" banyak yang bisa dilakukan untuk perubahan.
Mari berjuang...!!

No comments: