Friday, February 22, 2008

"siapa sih lo....?!"


Meskipun Iyem, sang bidadari pujaan hati berada disampingnya, Paijo masih saja gelisah. Bukan karena malam ini tidak menghadiri pesta valentine yang diadakan teman-temannya-lagi pula Iyem udah setuju tidak akan memuja valentine-namun sebagai gantinya Paijo harus menemani Iyem nonton sinetron kesukaannya. Situasi seperti ini bagi Paijo sama saja "keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya", dia udah berhasil membujuk Iyem untuk tidak merayakan valentine yang sejarahnya bertentangan dengan keyakinannya namun harus nonton sinetron yang juga tidak ia sukai karena menurutnya tidak realistis.
"Kenapa sih mas, dari tadi gelisah banget?" Iyem mulai gerah dengan kegelisahan Paijo yang mengganggu konsentrasinya untuk menghayati sinetron.
"Aku alergi dengan sinetron. Tidak baik untuk pencernaanku, HUeEKK....*!!" Paijo pura-pura muntah.
"Sinetron kan produk dalam negeri. Mas Paijo tidak melihat berita tadi, para mahasiswa berdemo mendukung produk dalam negeri dan menolak produk asing. Dan dengar-dengar Bung Karno pernah bilang 'kencingi produk Amerika'. Tapi mas Paijo yang katanya mengidolakan Bung Karno justru sering membatalkan janji pada Iyem yang asli pribumi untuk nonton film-film Hollywood".
Paijo meringis dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, tidak menyangka Iyem tahu bahwa aelama ini sering membatalkan janji jika ada film yang asik di layar TV.
"Sebenarnya dulu aku bangga banget pada sinetron yang telah memerdekakan televisi kita dari jajahan telenovela dan sinema-sinema mandarin, jepang dan korea. Aku tidak pernah ketinggalan 'Si Doel Anak Sekolah'. Namun sekarang, sinetron yang diproduksi besar-besaran justru minim cerita, pemain dan tema yang diangkat itu-itu saja, sehingga tidak ada bedanya antara sinetron X, Y dan Z. Dan yang menggelikan, semua pemain memainkan peran yang stereotipe; jika awalnya baik, bai terus ampai pasrah disakiti terus-terusan dan jika jahat, jahatnya minta ampun. hitam-putih, protagonis-antagonis, ekstrim banget...!! Hal semacam ini di Hollywood mulai kedaluarsa, mereka mulai sadar bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, terkadang baik terkadang jahat, sehingga karakter pemain film dibikin semanusiawi mungkin. Alhamdulillah kemarin ada sinetron 'Kiamat Sudah Dekat' dimana pak haji terkadang pun bisa salah dan anak geng pun punya hati nurani dan punya niat untuk berbuat baik".
Iyem manggut-manggut, mencoba memahami ocehan mas Paijo tersayang, namun matanya sesekali melirik bintang pujaannya yang nongol di sinetron cinta yang mereka tonton.
"Mas Paijo sepereti orang bingung, seingat iyem mas Paijo sering menghujat produk asing tapi barusan memuja Hollywood".
"Aku menghujat produk asing yang tidak pas untuk kita tau bahkan yang bisa meracuni kita. Namun tidak semua produk asing itu jelek untuk kita, ada beberapa yang baik untuk kita pelajari, yang akan sangat bermanfaat untuk perkembangan kita ke arah yang lebih baik".
Iyem mengerutkan jidatnya. Ia seperti terseret arus opini yang mengalir keras dari Paijo. Menggulung otaknya tanpa ada ruang untuk menyusun serangan balik.
Paijo memahami kegelisahan Iyem, ia memegang lembut tangan Iyem seakan mengisaratkan bahwa segalanya akan kita hadapi bersama. Dan Iyem pun paham maksud pegangan Paijo. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Paijo, menjawab pesan itu bahwa kita akan bersama selamanya.
............................
(mereka bersatu dalam kebersamaan)
............................
Iyem buru-buru meraih remot dan mengganti saluran TV yang mereka tonton, bukan karena Iyem tak mau lagi nonton sinetron tetapi udah jadi kebiasaan jika nongol iklan pasti saatnya nengok acara di saluran TV yang lain. Paijo tersenyum, dalam hati ia menyapa Allah:'maafkan Iyemku tersayang ya Allah, remot telah membuatnya rakus terhadap acara TV sehingga tidak puas dengan satu saluran TV'. Lalu dengan nada pelan Paijo mencoba meraba apa yang ada di otak Iyem.
"Yem, kenapa setiap iklan langsung ganti saluran TV. Ada beberapa iklan yang keren dan asik ditonton lho".
"Iklan itu telah merampas kenikmatan penonton dan menghasut kita untuk menjadi orang yang konsumeris. Dan yang paling menyebalkan, iklan selalu muncul sisaat adegan film, sinetron atau tayangan yang lain pas lagi seru-serunya. Hal itu mengebiri penonton, dan hak yang tersisa dari penonton ya ganti saluran TV atau mematikan TV". Iyem melampisakan kekesalannya dengan mengunyak kripik singkong yang sudah dari tadi ia pegang.
"Aku setuju Yem, iklan emang 'mengganggu'. Tapi bukankah karena gangguan iklan tersebut justru menyadarkan kita dari hipnotis acara TV yang sedang kita tonton. Kita yang tadinya hanyut dalam cerita atau suasana acara TV jadi tersadar bahwa itu hanya tontonan dan memberi waktu bagi penonton untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Contoh sederhana, sekarang kamu bisa mengunyak kripik yang dari tadi kamu pegang selama sinetron yang kamu tonton lagi seru-serunya".
Setelah menelan kripik yang sudah hancur lebur dimulutnya, Iyem tersenyum.
"Iya ya, aku baru sadar dari tadi pegang kripik. Dan aku juga baru sadar lagi kena HIV 'hasrat ingin vivis' hehehee...." Iyem pun buru-buru cabut ke kamar kecil.
Tak beberapa lama Iyem udak duduk manis di samping paijo karena tidak mau ketinggalan kelanjutan sinetron yang terputus oleh iklan. Masih ada bebrapa iklan dan Iyem tak menyia-yiakan kesempatan itu untuk menyambar kripik singkong yang ada di depannya.
"Yem, kamu pernah tidak, menjawab pertanyaan yang ada di iklan rokok tadi itu?".
"oo.... yang 'siapa sih lo?!' tadi. Pernah sih, tapi dalam hati."
"Apa jawabanmu?".
"Aku Iyem, pembantu senior di sini, hehehe...." Iyem kembali memelototi sinetron.
"Kata 'Iyem, pembantu senior' itu kan nama dan pekerjaan, lalu siapa 'AKU' sebelum kata 'Iyem, pembantu senior'? Aku pernah denger dialog di film 'kamu bukan mobil yang kamu tumpangi, bukan pekerjaan yang kamu kerjakan, dan bukan apa yang ada di dalam dompetmu....' dan ada seorang spiritualis yang mengatakan bahwa kebanyakkan orang tidak mengenal "AKU" yang ada di dalam dirinya, mereka hanya mengenal nama, alamat dan segala asesoris yang tertempel pada diri mereka'". Paijo tak melanjutkan ocehannya, ia sandarkan pundaknya yang terasa pegal ke sofa.
Iyem menoleh ke arah Paijo dan dengan penasaran bertanya pada Paijo: "Terus menurut mas Paijo, siapa 'AKU' yang ada di dalam diri setiap orang itu?".
Paijo lama tak menjawab, namun dengan pelan ia bicara: "Entahlah! tanya saja O'on. mungkin ia lebih tahu dari kita".
Mereka berdua menoleh ke arahku yang dari tadi di samping mereka dan hanya bisa termangu melihat kemesraan mereka. Aku tersentak dan bingung harus jawab apa, tapi mereka terus menatapku mengisarat bahwa mereka setia menunggu jawaban dariku.
"Sorry.... sebenarnya aku pingin memberitaku tentang "AKU" sebelum kalian nongol di Blog ini agar aku tidak mengganggu kemesraan kalian dan aku tidak perlu bicara di sini, tetapi dari beberapa buku yang kubaca belum kutemukan jawaban yang selaras dengan kemampuan otak kita yang pas-pasan ini. Aku takut jika asal bicara, kita bisa dihukum seperti Syeh Siti Jenar dan Al Hallaj. Emang ada penjelasan yang lebih halus seperti yang dijelaskan Kahlil Gibran dan Jalaludin Rumi, tapi sering kali otak kita yang 'sempit' ini kurang peka meraba sesuatu yang tersirat dari yang tersurat, sehingga kata-kata halus hanya kita anggap sebagai karya sastra yang hanya dinikmati keindahannya tanpa dipahami maknanya. Jadi menurutku silahkan kalian menemukan "AKU" menurut fersi kalian masing-masing, toh nantinya juga bertemu pada 'Satu Titik'. Aku hanya akan memberi satu langkah awal, ada sebuah hadis Nabi Muhammad yang kubaca dibuku kemarin yang tidak salah artinya begini: 'barang siapa mengenali dirinya, maka ia mengenali Tuhannya'. Dan coba renungkan postinganku 'tentang kita (serpihan bintang) bulan januari tgl 16 th 2008 dan puisi 'mengalirlah' bulan desember th 2007".
Selamat merenung dan menemukan jawaban tetang "Siapa AKU?".

No comments: