Friday, July 18, 2008

dont kill me

Kemarin inyong nonton film Jepang bertema misteri. Misteri lho, bukan horor! Bedanya apa? Menurutku, film misteri mengandung pesan yang tersembunyi untuk penonton, sedangkan film horor membodohi penonton dengan hantu-hantu yang menurut sebagian orang menakutkan. Itu menurutku, menurut Anda??
"Re-Cycle" adalah judul film yang kutonton kemarin. Mengisahkan seorang wanita bernama Ding Yen, penulis novel yang sedang naik daun. Saat menulis novel ke empatnya yang diberi judul "Re-Cycle", Ding Yen merasa ada makhluk lain di rumahnya. Suatu malam, ketika sedang mengetik di depan laptop, ia seperti didorong dari belakang lalu pingsan di meja kerjanya.
Dalam keadaan pingsan ia bermimpi/tibatiba berada disebuah kota tua yang tidak terrawat & menyeramkan. Kemudian ia bertanya pada seorang kakek yang ia temui di sebuah kursi taman, "Tempat apa ini?" "Kamu sendiri yang pikirkan......... Bagaimana kamu bisa sampai di sini? Sebenarnya kamu tidak pantas ke tempat ini" Jawab si kakek. Ding Yen tambah bingung & bertanya lagi, "Lalu kenapa kakek bisa di sini?" "Kamu kira aku & kamu sama? kata si kakek.
Ding Yen teringat bahwa ia bisa sampai ke tempat itu ketika sedang menghapus beberapa kalimat di novel 'Re-Cycle' yang sedang ia tulis. Kemudian si kakek menjelaskan, "Tempat ini ada karena imajinasimu. Tak hanya kamu sendiri yang ikut serta tetapi yang lain juga. Tempat ini kalian yang ciptakan. Ini ruang hampa, semua benda di sini kapan saja bisa hilang....... semua hanya sebuah ilusi. Kami semua ada di sini, hanya sebuah kisah."
Tibatiba semua benda yang ada di sekitar mereka berhenti bergerak & menguap hilang! Lalu kakek itu berkata, "Kelihatannya kamu harus cepat pergi. Jika ketemu dengan hal seperti ini, kamu harus pergi. Jika tidak, maka kamu akan ikut menghilang."
Ding Yen buruburu meninggalkan tempat itu dan keadaan alam yang ia lewati silih berganti dengan tibatiba hingga ia bertemu dengan seorang gadis kecil bertopeng yang membawanya ke tempat yang penuh dengan bendabenda mainan yang sudah usang. "Sebenarnya siapa kau?" Tanya Ding Yen. Setelah melepas topengnya, gadis kecil itu menjawab, "Aku tak punya marga & nama." Ding Yen kembali bertanya, "Bisakah kau katakan padaku, ini tempat apa? kenapa banyak barang tak berguna & sangat menyeramkan." Gadis kecil itu menjelaskan kepada Ding Yen, "Ini adalah tempat buangan........ Benda yang sudah kau tak mau akan sampai di sini."
"Apakah kisah yang aku tulis tentang 'Re-Cycle' memang ada." Ding Yen semakin penasaran. "Apakah kamu masih ingat? Waktu kecil kamu sudah membuang banyak mainan. Mainan yang sudah kamu buang, bisa kamu temukan di sini." Gadis kecil itu menunjuk tumpukan mainan usang yang menggunung, kemudian melanjutkan katakatanya, "Sekarang kamu sudah tahu apa yang namanya 'Re-Cycle'. Tapi kamu tak bisa di sini, kamu harus kembali ke asalmu."
"Bagaimana aku bisa tinggalkan tempat ini?" Ding Yen bertambah bingung. "Aku tahu tempat namanya Stasiun, tapi aku tak tahu bagaimana ke sana." Kata si Gadis kecil.
....."Saatnya pergi" teriak si gadis kecil sambil menggandeng tangan Ding Yen, ketika bendabenda yang ada di belakang mereka menguap & menghilang.
Kemidian mereka sampai di sebuah ruangan yang mirip perpustakaan namun di langitlangit ruangan itu ada sebuah lubang bersinar & dari lubang itu berjatuhan bukubuku bekas/rusak. Ding Yen kembali bertemu dengan si kakek yang ia temui di kota tua. Sambil memperbaiki bukubuku rusak yang berserakan di ruangan itu si kakek berkata, "Kamu harus pergi dari sini, di sini sangat berbahaya! Aku tahu kamu menulis kisah 'Re-Cycle' & manghayati kisah itu. Tapi tak kusangka kamu sampai pada tahap ini."
Denga berbekal petunjuk dari si kakek, Ding Yen diantar si Gadis kecil pergi ke Stasiun dimana Ding Yen bisa kenbali ke asalnya. Namun, tenaga gadis kecil itu akan semakin melemah jika semakin dekat dengan Stasiun yang dimaksud.
Sepanjang perjalanan mereka melewati alam yang menyeramkan & berubahubah, kemudian mereka singgah di padang rumput yang banyak ditumbuhi bungabunga liar. "Aku sepertinya pernah bertemu denganmu." Kata Ding Yen kepada si gadis kecil. "Bagaimana kalau kamu beri aku nama?" Pinta gadis kecil. "Ding Ru......... bagaimana?" Diang Yen memberi sebuah nama untuk gadis kecil itu. "Nama yang bagus........" Jawab si gadis kecil sambil tersenyum.
Saat melanjutkan perjalanan mereka melewati kuburan kumuh & mayatmayat yang terkubur menjulurkan tangannya. Ding Ru mengatakan bahwa yang terkubur di tempat itu tak ada yang mengingatnya & sudah lama tak ada yang menyembahyangi/mendo'akan mereka, sehingga akhirnya mereka sampai di tempat buangan itu. Lalu Ding Yen mengjak Ding Ru untuk menyembahnyangi mereka dengan membagikan bunga yang mereka petik di padang rumput.
Ketika sampai di Stasiun yang ternyata berupa alam terbuka dengan batubatu besar melayanglayang, Ding RU semakin kehabisan tenaga, terkulai lemas & raganya perlahan transparan. "Bisakah kau pergi bersamaku?" Pinta DingYen. "Tidak bisa, kalau aku ke sana maka aku akan menjadi roh halus. Saat itu aku akan celaka." Kata Ding Ru pelan karena tenaganya semakin terkuras. "Lalu bagaimana? Aku tak bisa tinggalkan kau sendirian."
"Kamu tenang saja. Tempatku memang di sini. Mama......." Jawab Ding RU dengan terbatahbatah.
Mendengar kata 'mama' Ding Yen sadar, bahwa Ding Ru adalah janin yang pernah ada dalam kandungannya yang telah ia aborsi karena kekasih yang menghamilinya pergi meninggalkanya.
"Ayo pergi bersama ibu....." Pinta Ding Yen sambil menangis.
"Kamu mau aku bersamamu? Sebenarnya aku bisa hidup bersamamu. Kamu yang tak mau aku, kamu sendiri yang tak mau. Saat aku berada di sini, aku sangat marah padamu! Aku ada kakek lalu kenapa tak ada ibu. Kakek mengatakan............. ibu masih menginginkan aku, benarkah ibu?? Aku dibesarkan di sini, tempat yang sangat menyeramkan. Sekarang ibu sudah tahu, bahwa saat itu aku sangat ketakutan."
Ketika seberkas cahaya mulai menarik tubuh Ding Yen yang mulai menguap, tibatiba Ding Ru sudah berada di samping si kakek yang berkata, "Ia yang mau kamu ke alam ini & minta penjelasan darimu."
"Ding Ru, bukan ibu tak mau kamu. Ibu hanya.............. Ibu bersalah padamu.............. ibu hanya........."
Cahaya dari atas langit semakin menarik tubuh Ding Yen yang memudar. Sambil menangis Ding Yen teriak pada Ding Ru, "Ding Ru, kau harus ingat namamu sendiri........"
....................................Ding Yen tersadar dari mimpinya....................................................
(.............Saatnya menghela napas................ itu hanya film yang membawa kita ke alam buangan tempat kita membuang & melupakan barangbarang & orangorang yang pernah kita sayangi atau yang pernah singgah dalam hidup kita)
Mungkin ada yang bilang itu hanya khayalan dab??!
oke! sekarang akan aku ceritakan kisah nyata yang pernah menggetarkan jiwaku.
Dulu, ketika masih ngekost di Jogja ada seorang teman yang menginap beberapa malam di kost. Sebut saja namanya Ceha. Dia selalu bergadang dengan membaca komik. Suatu malam saya menemani dia bergadang, karena saya tidak suka baca komik, maka dia kuajak ngobrol ngalorngidul hingga kami ngobrolin tentang aborsi. Saya berkomentar keras tentang orang yang melakukan aborsi,"Hanya lakilaki pengecut yang menyuruh wanita yang dihamilinya untuk aborsi!!"
Perlahan Ceha menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku pernah mengizinkan pacarku untuk aborsi........." Saya tersentak kaget & buruburu minta ma'af karena tidak tahu tentang peristiwa itu. (Beginilah, terkadang, tampa sengaja katakata kita telah menyinggung perasaan orang lain). "Nggak On, kamu benar. Seharusnya aku mampu mencegah hal itu." Sambil mengangkat mukanya dia menceritakan kisahnya.
Katanya, etika pacarnya mengandung benihnya, dengan sedikit keraguan dia menyatakan akan menikahi pacarnya. Namun pacarnya & keluarga pacarnya menginginkan kandungan itu digugurkan dengan alasan mereka berdua masih muda. Karena di desak terusmenerus, akhirnya Ceha menyerah & menyetujui keinginan mereka.
Setelah membasuh air matanya, Ceha berpaling padaku & berkata, "Kau tahu, kenapa aku selalu bergadang?" Saya tak menjawab, saya juga tak tahu, & masih sangat terkejut tak percaya, Ceha yang biasanya bercanda dengan tawa lebar seperti tanpa beban menampakkan sisi lain yang tak pernah ku duga.
"Aku pernah bermimpi bertemu dengan bocah kecil yang memanggilku 'bapak'..........." Ceha menyandarkan punggungnya di kursi "Setelah peristiwa itu, aku takut untuk tidur. Aku telah membunuh anak itu.............."
Mataku ikut berkacakaca, tak mampu maresakan betapa berat yang teramat sangat derita yang Ceha alami.
....................................kami membisu........................... lama...................................................
Sejak malam itu, saya selalu menemani dia bergadang tiap malam selama dia menginap, walau tak nyapai pagi. Terakhir bertemu dengannya, dengan tawa lebar dia memamerkan tulisan di motornya "CAH OON", katanya untuk mengenang persahabatan kami.
Sudah empat tahun saya kehilangan kontak dengannya. Semoga malam tak menyiksanya lagi seperti dulu...................

No comments: