Sunday, December 23, 2007

kemunduran lembaga kedokteran

(masih dari WATER FOR HEALTH by F. Batmanghelidj, M. D.)
Saat ini praktik kedokteran semakin mundur. Ketika masyarakat belajar bahwa lebih baik mereka tidak menunggu sampai haus dan sudah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya dehidrasi, dan lebih baik minum air daripada minum buatan pabrik dan alkohol, tiba-tiba seorang profesor emeritus dari sekolah kedokteran Dartmouth menerbitkan artikel dalam Jurnal Ilmu Faal Amerika yang mengatakan bahwa ia belum menemukan alasan ilmiah mengapa orang harus minum kecuwali jika mereka haus.
Semua pandangan lama di dalam kedokteran didasarkan pada asumsi keliru bahwa bahan padat yang terlarutlah yang mengatur semua fungsi tubuh dan bahwa bahan pelarut tidak memiliki peran langsung dalam fungsi faali tubuh. Di sekolah-sekolah kedokteran diajarkan bahwa air hanyalah suatu pelarut, suatu bahan pengemas, dan suatu sarana transportasi, bahwa air tidak memiliki fungsi metabolisme tersendiri. Barulah ketika penulis(F. Batmanghelidj, M. D.) bertanya tentang apa arti "hidrolisis"(pelonggaran, pelarutan, pemecahan, atau pembelahan oleh aksi partisipasi air), mereka mengakui kenyataan ilmiah bahwa air adalah suatu bahan gizi dan memang memiliki peran metabolisme yang dominan di semua fungsi faali tubuh.
Dengan menunggu sampai haus, padahal cair tubuh telah menjadi terkonsentrasi atau kental sebelum rasa haus dirasakan, seseorang akan kehilangan sifat pembentukan tenaga dari air di dalam sel-sel tubuh yang terdehidrasi. Ketahan tubuh manusia sangat tergantung pada berbagai fungsi air, tubuh belum mengembangkan suatu sistem penyimpanan air sebagai mana sistem penyimpanan lemak. Menurut makalah ilmiah Ephraim Katchalski-Katzir dari Institut Weizmann, protein dan enzim membutuhkan cukup air di dalam lingkunganya untuk menyebar dan bekerja dengan efisien. Dengan kata lain, dalam larutan dengan kekentalan yang tinggi-akibat kekurangan air yang tergandung dalam sel-sistem enzim di dalam sel menjadi kurang efisien. Inilah alasan utama mengapa kita harus menghindari dehidrasi, dan bukan mengnunggu memperbaikinya. Pengertian baru tentang air ini sudah cukup menjadi alasan untuk melibatkan tubuh di dalam pengelolaan surplus air yang bijaksana daripada memaksanya ke dalam keadaan kekeringan dan terlibat di dalam pengelolaan defisit airnya.
Bagi tubuh akan lebih mudah menghadapi sedikit kelebihan air daripada mengalami kekurangan air dan harus membagi serta mengalokasikan air ke organ-organ penting dengan meresikokan fungsi tubuh yang kurang vital. Tragedi menunggu sampai haus mencapai puncaknya ketika kita tahu bahwa ketajaman persepsi haus menghilang secara bertahap saat kita menua. Philips telah menunjukan bahwa setelah kekurangan air selama 24 jam, orang lanjut usia masih tidak tahu bahwa mereka haus:"penemuan pentingnya adalah bahwa meskipun jelas ada kebutuhan faali, orang lanjut usia tidak merasa haus yang menonjol."-ketika faali tubuh terus dipaksa untuk mengandalkan program pengelolaan kekeringannyalah perubahan keseimbangan air yang dratis dapat terjadi.
Banyak dokter yang menyalahartikan dehidrasi dengan berbagai jenis penyakit dan merawat gejala dengan obat, dan bukan dengan air. Akibatnya: perusahaan farmasi bertambah kaya, pasien tidak sembuh, dan dokter tidak berdaya menghadapi gejala kambuhan. Jika akar penyebab suatu keadaan sakit adalah dehidrasi, terbentuknya kegagalan sistem sensor yang memungkinkan terjadinya dehidrasi pada seseorang dapat diturunkan kepada keturunannya. Inilah sebabnya mengapa asma, alergi, dan "perut panas" adalah kondisi serius yang harus dicegah dengan hidrasi(asupan air) penuh setiap waktu. Sangatlah penting untuk mengenal fungsi air di dalam tubuhsegala usia. Dengan cara inilah penyakit dapat dicegah pada orang-orang dan generasi keturunannya.
Jadi hidrasi(asupan air) yang memadahi bagi tubuh adalah asuransi terbaik melawan penuaan dan hilangnya berbagai sistem sensorik secara prematur.

No comments: