Saturday, December 1, 2007

tentang kita dan langit biru tak berbingkai

......adalah suatu tragedi dua anak manusia yang mencoba mencari arti sebuah kata "cinta" dalam ganasnya badai kehidupan disenja yang semakin kelam dan menghantui jiwa-jiwa yang sunyi.

kasih...
aku tahu yang engkau rasakan
dan,
engkau pun tahu yang aku rasakan


namun...
kapitalisme telah meracuni kita;
memaksa kita menipu diri;
menipu hati nurani


kasih...
engkau pun tahu,
kemunafikkan hanya untuk para penakut
namun kenapa?
engkau membisu dalam putihnya kabut
akan sampai kapan?
(bodhi:jan.'06)

pernah kulihat
mendung yang menakutkan pun menangis
karang yang sombong pun terkikis
namun,
tercipta dari apakah engkau?
tak pernah sekali pun kulihat keluh-kesahmu


tidakkah engkau tahu,
ada yang lebih indah dari hagatnya matahari pagi membalas kecupan kuncup mawar merah yang berhiaskan kilau mutiara embun pagi,
bukan kamu,
bukan aku,
tetapi KITA....
(bodhi:feb.'06)

kumenunggumu
disetiap detik yang melintasi hidupku
namun,
tak ada kepastian tentang hadirmu
kumencarimu
disetiap ayunan langkah kakiku
namun,
tak ada setitik jejak tentang dirimu


kau tahu,
aku tak sekuat ombak yang terus berkejaran
maka,
ma'afkan aku....
(sophie:nov'06)
......kenapa "kesalahan" yang selalu menjadi kambing hitam?
memang, aku terlalu penakut. Aku tak mampu berjanji. Jangankan menjanjikan suatu kebahagiaan, sekedar berjanji untuk menemuimu pun aku tak mampu. Banyak keterbatasan yang menghimpit jiwaku!
Andai kau mengerti....
tapi kau tak pernah berusaha untuk sedikit mengerti.
:"kapitalisme, ANJING.....!!"
telah kamu rampas semuanya, tak ada yang tersisa dari semua yang aku cita-cintakan, telah kamu racuni "sayangku" dengan segala kebusukanmu!
:"semoga kau bahagia sayangku....".
:"semoga tak kau rasakan apa yang kurasakan".


mei.'07 dalam remang cahaya bulan, sepasang jiwa yang terpisahkan oleh ganasnya badai kehidupan saling bicara.
sophie:"masihkah kau mencintaiku?".
bodhi :"dulu... aku sangat takut kehilangan dirimu, tapi lebih menakutkan jika aku tak mampu membahagiakan dirimu dengan segala keterbatasan yang ada pada diriku".
sophie:"pernahkah kau berpikir bahwaatu saat nanti kita akan bersatu?".
bodhi :"aku tak mau percaya pada pikiran, yang tak ada bedanya dengan awan: kadang ada-kadang tidak; kadang hitam-kadang putih. yang kupercaya hanya hati yang berbicara dalam setiap denyut jantung.
lagipula, manusia telah memilih untuk terbelenggu oleh norma masyarakat buatan mereka sendiri".
sophie:"kau butuh jiwa lain untuk berbagi".
bodhi :"adakah anak manusia yang ikhlas menerima penderitaan dan melepas kebahagiaannya untuk bersamaku dan membahagiakan diriku?
adakah anak manusia yang benar-benar bebas menentukan langkahnya tanpa ada campur tangan dari keluarga dan lingkungannya?".
sophie:"aku merasa bersalah... diriku terlalu egois namun lemah!".
bodhi :"salahkah bagi orang yang memilih kebahagiaannya?".
Rintihan pedih binatang malam menyayat hati setiap manusia yang terjaga dari belaian bidadari mimpi. Hembusan angin perlahan menyapu keheningan malam dan detak jarum jam melemparkan mereka ke dalam jurang kenyataan hidup.

......di dalam sebuah kamar lautan buku yang porak-poranda terhantam badai endorfin, seorang pemuda dengan senyum yang pucat pasi terkapar dengan denyut jantung yang semakin melemah.

masihkah ada hangatnya matahari pagi yang mencerahkan hari?
(oon-007)

No comments: